Memproduksi Teks Ulasan
Jumat, 13 Mei 2016
0
komentar
Memproduksi teks ulasan merupakan kegiatan memberikan ulasan atau
resensi atas suatu karya baik film maupun drama. Ulasan disusun sebagai
umpan balik dari rasa kritis kita terhadap film atau drama tersebut.
Ulasan yang berbentuk teks disebut sebagai teks ulasan. Teks ulasan
bertujuan sebagai media melontarkan kritikan secara sopan dan santun
terhadap suatu karya. Cara yang paling tepat adalah menyampaikan kritik
dengan tutur sapa yang santun, pemilihan kata yang baik, dan pada waktu
yang tepat. Permasalahan yang dikritik tentunya harus dikuasai dan
sebaiknya ulasan tersebut memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dikritik.
Teks ulasan adalah teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap sebuah film atau drama. Teks tersebut
memuat tanggapan, tinjauan, dan analisis dalam hal ini film dan drama
yang berhubungan dengan latar, waktu, tempat, tokoh dan penokohan,
bahkan pengambilan gambar pada film dan drama juga turut
diperbincangkan. Sebuah film atau drama yang digelar tentu akan
mengundang reaksi pro atau kontra dari para penonton. Satu karya berupa
film atau drama yang menurut seseorang bagus, belum tentu bagus di mata
orang lain. Penilaian bagus-tidaknya sebuah film atau pergelaran drama,
dapat dituangkan melalui teks ulasan tersebut.
Pada tulisan ini ulasan yang dibahas adalah mengenai film berjudul Tangkuban Perahu yang dibuat tahun 1982. Sangkuriang
adalah legenda yang berasal dari Tatar Sunda. Legenda tersebut berkisah
tentang terciptanya danau Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung
Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul. Berikut ulasan mengeani film
Tangkuban Perahu.
No. | Struktur Teks | Kalimat |
1. | Orientasi 1 | Film Tangkuban Perahu adalah film yang terinspirasi dari legenda yang berasal dari Tatar Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung. Film ini disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Dalam film ini yang berpemeran sebagai Dayang Sumbi adalah Suzanna, Baun Gazali sebagai Adipati Arya Panjalu, Ratno Timoer sebagai Prabu Sungging Purbangkara, Ryan Hidayat sebagai Jaka Sona, Clift Sangra sebagai Sangkuriang, Ibu Suri Ade Irawan, dan I.M. Damsyik sebagai Arya Medang serta S. Parya sebagai Lengser. |
2. | Tafsiran Isi | Karena
malas mengambil teropong benangnya yang jatuh, Dayang Sumbi mengucap:
kalau ada yang membantu mengambilkan teropong, akan dijadikan suami.
Ternyata Lengser, pegawai kerajaan, yang mengambilkan. Ayah Sumbi, Raja
Prabangkara, marah ketika mendengar Sumbi menjadi istri Lengser dan
hamil. Lengser menjadi anjing ketika diumpat raja dan Sumbi diusir ke
hutan. Sumbi bersama sang anjing, Tumang, bersama membesarkan anak
mereka, Jaka Sona. Jaka Sona selalu ditemani Tumang, tetapi ia tidak
mengetahui bahwa itu ayahnya. Ketika Sumbi menginginkan hati menjangan,
Jaka mencarikannya. Menjangan tak kunjung ia peroleh. Karena kesal, ia
menakut-nakuti Tumang. Dengan panah. Panah melesat, Tumang tewas. Ia
mengambil dengan paksa hati anjing itu dan diserahkan kepada Sumbi.
Ketika mengetahui Tumang tewas, Sumbi marah dan mengusir Jaka. Jaka lalu
bernaung di sebuah gua. Di sinilah ia mendengar suara gaib, bertapa sembilan tahun, mendapat kesaktian dan berubah jadi Sangkuriang. Ia lalu turun gunung membantu rakyat yang ditindas Prabangkara yang sebenarnya kakeknya sendiri. Ibunya hanya ditemui kuburannya dan Sangkuriang harus berhadapan dengan raja dan para prajuritnya. Waktu menghindar dari kejaran para prajurit, ia bertemu dengan wanita yang mengaku bernama Larasati, yang mirip Sumbi. Mereka saling jatuh cinta, tetapi lalu Larasati alias Sumbi yang menyamar untuk menghindar dari pencarian ayahnya, mengenali Sangkuriang itu anaknya dari bekas luka di kepalanya. Dikatakanlah siapa dirinya sebenarnya, tetapi Sangkuriang tidak mau tahu. Maka ketika Sangkuriang tetap mendesak untuk kawin, Sumbi memberi syarat: membendung Citarum, membuat danau, dan membangun perahu. Syarat dipenuhi, bahkan sambil berduel dengan Prabangkara di tengah usahanya itu. Prabangkara tewas. Usaha penyadaran Sumbi tetap tak berhasil. Sangkuriang tetap bersikukuh dengan keinginannya. Ketika Sumbi hendak dicium, tiba-tiba berubah jadi bunga. Sangkuriang menyesal. Perahu yang sudah jadi ditendang dan jadilah Gunung Tangkuban Perahu. |
3. | Evaluasi | Pemeran
tokoh utama film ini sangat menjiwai perannya, hal itu terlihat dengan
adegan-adegan yang diperankannya dengan sangat baik. Begitu pula dengan
pemilihan tempatnya sangat sederhana dan menarik serta sesuai dengan
perkembangan budaya saat itu. Namun sayangnya, dalam film ini terdapat adegan yang kurang edukatif untuk kalangan bawah umur yang tidak disensor. Selain itu, dalam film ini banyak sekali adegan yang jelas bersifat kriminalitas bersenjata yang dilakukan langsung seperti pembelahan/pemenggalan/pemotongan org*n tubuh. |
4. | Rangkuman | Secara keseluruhan, film Tangkuban Perahu sangat menarik karena ditampilkan dengan mode yang mengandung unsur budaya Indonesia sehingga dapat bersifat informatif bagi para penontonnya untuk lebih mencintai budaya dan saling menghormati antar kalangan untuk perdamaian bersama. |
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Memproduksi Teks Ulasan
Ditulis oleh wew
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://kabehitusemua.blogspot.com/2016/05/memproduksi-teks-ulasan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh wew
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar